Polri mengadopsi beladiri Tarung Derajat atau lebih dikenal dengan istilah Boxer sebagai beladiri resmi Polri. Mengapa akhirnya Polri mengadopsi beladiri yang satu ini? Ternyata ini bermula dari kegusaran para pimpinan Polri tentang kondisi riil saat ini, di mana anggota Polri sering kalah berduel dengan penjahat, dan bahkan senjata pun dirampas. Maka Polri pun membutuhkan suatu beladiri yang bisa melumpuhkan lawan dengan cepat, bahkan jika lawan lebih dari satu. Pilihan jatuh ke Tarung Derajat atau Boxer karena ini asli Indonesia dan guru besar beladiri ini, yaitu Achmad Dradjat alias Aa Boxer tinggal di Bandung, sehingga bisa menjadi konsultan pendidikan beladiri di Polri.
Peresmian beladiri Polri ini dilakukan pada acara Sidang Pleno Dewan Pendidikan dan Pelatihan (Wandiklat) Polri tanggal 21-22 Januari 2013 yang lalu di Pusat Pendidikan Lalu Lintas (Pusdik Lantas) Polri di Serpong. Peresmian dilakukan dengan pemberian gelar guru besar kehormatan Tarung Derajat atau Boxer kepada pimpinan Polri. Pemberian gelar kehormatan ini dilakukan oleh Sang Guru Tarung Derajat atau Boxer, yaitu Achmad Dradjat dengan mengikatkan sabuk Tarung Derajat kepada pimpinan Polri. Acara dilanjutkan dengan demonstrasi beladiri ini oleh para personal Polri yang sudah belajar sebelumnya.
Pada Sidang Pleno Wandiklat ini juga dibahas berbagai hal strategis berkaitan dengan sistem pembelajaran di Polri, termasuk peresmian implementasi distance learning (pembelajaran jarak jauh atau PJJ) serta e-learning (sistem pembelajaran yang memanfaatkan keunggulan teknologi informasi) untuk proses pendidikan dan pelatihan di Polri, evaluasi penerapan manajemen mutu di lingkungan pendidikan Polri, kesiapan pelatihan untuk menghadapi Pemilu, dan sebagainya.
Jujur saja, saya tidak begitu mengenal beladiri Tarung Derajat atau Boxer ini secara mendalam sebelumnya. Saya tahu bahwa beladiri ini memang termasuk keras dan latihannya pun tidak mudah. Tetapi saya sempat ngobrol dengan Sang Guru Achmad Dradjat alias Aa Boxer beberapa waktu lalu di tahun 2014. Beliau orangnya berperawakan kecil, jauh dari bayangan saya, di mana tadinya saya bayangkan Aa Boxer itu orangnya tinggi besar dengan postur atletis. Ternyata tidak. Beliau pun sangat rendah hati dan sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol. Saya tidak melihat sedikitpun aura arogan atau kesombongan pada diri beliau. Aa Boxer juga mengatakan bahwa suatu kehormatan buat dia karena beladiri Tarung Derajat atau Boxer diadopsi secara resmi menjadi beladiri Polri. Beliau juga akan ikut memikirkan bagaimana teknik-teknik beladiri yang paling sesuai untuk seorang Polisi menyangkut pelaksanaan tugasnya di lapangan.
Mungkin ini memang yang dibutuhkan Polri, suatu sistem beladiri yang bisa di-customized sesuai dengan kebutuhan Polri. Tentu saja pihak yang paling kompeten untuk melakukan customization tersebut adalah seorang ahli beladiri yang sudah memiliki pengalaman tinggi, bahkan menciptakan teknik-teknik beladiri. Dalam konteks pemikiran seperti itu, maka mengadopsi Tarung Derajat dan keberadaan Aa Boxer memang solusi yang pas untuk Polri saat ini berkaitan dengan beladiri.
Dengan demikian, beladiri Tarung Derajat akan menjadi bagian dari kurikulum resmi pendidikan Polri dan akan diajarkan di semua sekolah-sekolah di lingkungan Polri. Lebih lanjut, beladiri ini juga akan diajarkan kepada personel Polri se-Indonesia walaupun mereka sudah lulus pendidikan.
Mengutip situs resmi Tarung Derajat / Aa Boxer, maka dijelaskan bahwa beladiri ini adalah logika dan tindakan moral yang pragmatis yaitu sebagai sebuah ilmu olahraga seni bela diri yang memanfaatkan senyawa daya gerak otot, otak serta nurani secara realistis dan rasional. Terutama dalam proses pendidikan dan pelatihan, seluruh pergerakan anggota tubuh beserta bagian-bagian penting lainnya seperti kaki, tangan, kepala dan sebagainya, dilakukan dalam rangka menguasai dan menerapkan lima unsur daya gerak yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Lima unsur itu melekat secara agresif dan dinamis dalam gerakan-gerakan pukulan, tendangan, bantingan, kuncian, serta teknik- teknik dan strategi bertahan-menyerang lainnya yang praktis dan efektif suatu pembelaan diri.
Sebagai suatu cabang olahraga, maka Tarung Derajat sudah dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak tahun 1998, dan rencananya akan dipertanding di SEA Games 2013 yang lalu, tetapi batal. Menurut laporan Tempo, olah raga ini batal dipertandingkan di SEA Games ke-27 di Myanmar karena tidak mendapat banyak dukungan negara Asia Tenggara. Dari 11 negara ASEAN, hanya tuan rumah Myanmar dan Indonesia yang mendukung cabang olahraga tersebut. Padahal, untuk bisa dipertandingkan di pesta olahraga multicabang olahraga itu, suatu cabang olahraga harus didukung empat negara, termasuk dukungan tuan rumah.
Selamat, semoga dengan beladiri baru ini kemampuan anggota Polri semakin meningkat. Harapan masyarakat tentu mereka mendapatkan perlindungan dari Polri, tetapi jika anggota Polri sendiri tak bisa melindungi dirinya, susah bukan?
anangfadhilah/tribratanews