Seluruh personel Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan (Polda Kalsel) melaksanakan Shalat Ghaib dan membaca tahlil untuk korban gempa bumi dan tsunami di Palu-Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Kami ikut berduka cita atas bencana alam di Palu dan Donggala, sehingga kami melaksanakan Shalat Ghaib sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap bencana alam yang melanda Sulawesi Tengah,” kata Kapolda Kalsel Irjen Pol Drs. Yazid Fanani, M.Si diwakili Wakapolda Kalsel Brigjen Pol Nasri, SIK., MH. usai pelaksanaan Shalat Gaib di Mesjid Al Muhtadin Mapolda Kalsel, Senin (1/10/2018).
Wakapolda Kalsel, para personel berdoa agar korban gempa bumi dan tsunami yang meninggal dunia diterima di sisi-Nya dan mendoakan masyarakat yang mendapatkan musibah bisa menjalaninya dengan tabah dan bisa kembali bangkit.
“Sejauh ini hanya Tim Kesehatan Polda Kalsel yang telah diperintahkan oleh pimpinan untuk berangkat ke Palu dan Donggala, yang diberangkatkan Senin pagi menggunakan maskapai Wing Air menuju Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar) guna membantu penanganan korban gempa bumi dan tsunami, sedangkan seluruh personel lainnya siap siaga di markas, ketika ada instruksi berangkat ke lokasi gempa bumi dan tsunami,” tutur Wakapolda Kalsel.
Terkait Shalat Gaib, Wakapolda Kalsel mengatakan, seluruh personel diimbau melaksanakan Shalat Gaib dan membaca tahlil setelah menjalankan Shalat Dzuhur berjamaah.
Sebelumnya, Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dilanda gempa bumi dan tsunami pada Jumat 28 September 2018.
Sebelum terjadi gempa, akses transportasi darat di provinsi yang berbatasan dengan Gorontalo di bagian utara itu, berjalan lancar. Namun, sejak gempa dengan berkekuatan 7,4 Skala Richter pada pukul 17.02.44 WIB atau pukul 18.02.44 WIT, hampir semua akses terputus, terutama jalur Kabupaten Parigi Moutong yang menghubungkan Gorontalo-Sulteng.
Rasa pilu dan kesedihan pecah saat merasakan kehilangan saudara-saudara yang wafat, yang terluka, yang trauma akibat dilanda gempa.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, korban meninggal dunia akibat bencana itu mencapai 832 orang, luka-luka 540 orang.
Belum lagi begitu banyak rumah tinggal, bangunan atau gedung perkantoran, badan usaha dan pusat-pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, tempat ibadah, yang rusak.
Begitu pula berbagai sarana infrastruktur yang mati atau terputus seperti layanan transportasi, listrik, telekomunikasi, membuat kelumpuhan seisi kota semakin melengkapi kenestapaan.
Penulis : Achmad Wardana
Editor : Drs. Hamsan
Publish : Brigadir Yudha Krisyanto